Menjelaskan
fenomena alam melalui rumus dan persamaan fisika, justru membuat banyak
orang alergi untuk mempelajarinya. Tidak berlebihan jika sebagian besar
masyarakat kita menjadi fobia terhadap fisika. Meski interaksi fisika
dan matematika itu sangat kuat, bukan berarti fisika hanya bisa dipahami
dengan penjelasan melalui sekumpulan rumus dan persamaan fisika yang
ngejelimet.
Eksplanasi
fisika melalui bahasa nonteknis ternyata ampuh untuk melunturkan fobia
masyarakat terhadap ilmu tersebut. Bahkan orang-orang yang tidak punya
background fisika pun bisa memahami sejumlah konsepsi mengenai alam
semesta.
Cara
memahami fisika itu agar bisa mudah dipahami telah dilakukan oleh Guru
Besar Fisika Teori Departemen Fisika ITB, Prof. Pantur Silaban, Ph.D
ketika di-minta almamaternya untuk memberikan kuliah populer bertajuk
"Umur Alam Semesta" di ruang 1201 Departemen Fisika ITB, Senin (30/8).
Kuliah
populer itu terbilang sukses, terlihat dari begitu tingginya animo
masyarakat yang menghadirinya yang selama ini baru dua kali
diselenggarakan di ITB. Ka-pasitas ruang kuliah yang menampung sekira
100 orang, penuh sesak karena ada sekira 300 yang hadir dari berbagai
profesi, mulai dari jenderal sampai mahasiswa baru. Bahkan, sebagian di
antaranya harus rela "ngampar" di lantai dan di luar ruangan.
Ini
menunjukkan bahwa masyarakat juga sebenarnya ingin tahu lebih banyak
tentang fenomena alam melalui kajian ilmiah fisika yang dijelaskan
dengan bahasa sederhana. Bagaimanapun, lahirnya teori-teori fisika dari
Albert Einstein di awal abad 20, telah berjasa dalam menjawab sejumlah
rahasia alam.
DALAM
kuliah populernya tersebut, Prof. Silaban, ilmuwan lulusan Syracuse
University, New York menerangkan mengenai bagaimana alam semesta ini
terbentuk. Prof. Silaban mengambil model yang paling populer, yaitu
model Robertson, Walker, dan Friedmann menjelaskan teori bagaimana alam
semesta itu terjadi.
Teori
itu mengatakan bahwa alam semesta diklasifikasikan menjadi tiga jenis
yaitu pertama alam semesta terbuka di mana alam semesta mengembang
selamanya. Jadi, alam semesta itu tak pernah mati. Kedua, alam semesta
tertutup di mana alam semesta itu hidup, lahir, dan kemudian mati.
Ketiga, alam semesta datar. Alam semesta jenis ini hidup tetapi kemudian
flat dan akhirnya mengembang sampai tak berhingga.
Dalam
aplikasinya, model Robertson, Friedmann, dan Walker itu memang
mendorong orang untuk berimajinasi bahwa alam semesta itu ada awalnya.
Menurut model ini, kelahiran alam semesta itu selalu diawali dengan
dentuman besar (big bang) yang terjadi pada waktu planck, yaitu 10
pangkat minus 43 detik setelah permulaan waktu. Sebagai gambaran, jika
waktu planck dibandingkan dengan waktu 1 detik maka perbedaannya sa-ngat
besar. Satu detik jauh lebih kecil daripada waktu planck.
Alam
semesta yang masih bayi tersebut memiliki temperatur yang sangat panas
yaitu 10 pangkat 32 kelvin. Untuk perbandingan 100 derajat celcius
setara dengan 373,5 kelvin. Orang yang tersiram air mendidih (100
derajat celcius), kulitnya akan langsung melepuh. Bagaimana bila orang
tersiram air panas bersuhu 10 pangkat 32 kelvin. Tampaknya, belum
mencapai suhu tersebut saja, orang akan gosong.
Selain
suhu yang sangat panas, bentuk alam semesta pada waktu planck tersebut
supermini, tidak bisa dilihat secara kasat mata. Bayangkan saja diameter
bayi alam semesta hanya 10 pangkat minus 33 cm, jauh lebih kecil dari
seperibu cm. Kita butuh mikroskop, bagaimana untuk melihat bayi alam
semesta?
Bayi
yang berupa titik ini kemudian berkembang. Pada saat usia bayi tersebut
mencapai 200 detik (3 jam 20 menit), temperatur alam semesta sudah jauh
menurun menjadi satu triliun kelvin. Karena terus berkembang, bayi alam
semesta yang usianya kurang dari 4 jam tersebut, ukurannya pun
membengkak menjadi 10 pangkat 20 cm. Saat umur itulah, terjadi sintesis
nukleon helium.
Bayi
tersebut terus berkembang menjadi materi yang ditandai de-ngan
terbentuknya atom hidrogen. Untuk membentuk atom tersebut, butuh waktu
10 pangkat 14 detik. Saat itu temperatur alam semesta pun menurun
menjadi hanya seribu kelvin. Proses ini menyebabkan diameter alam
semesta membengkak menjadi 10 pangkat 26 cm. Setelah atom hidrogen
terbentuk, pada usia 10 pangkat 18 detik, alam semesta pun menemui
bentuknya seperti yang ada sekarang.
Di
usianya tersebut, suhu turun drastis menjadi 3 kelvin atau -270,15
derajat celcius. Sedangkan ukurannya pun membesar menjadi 10 pangkat 28
cm. Ini belum merupakan akhir dari perkembangan semesta alam dan dari
titik ini, para fisikawan masih belum mengetahui ke mana arah
perkembangan semesta alam. Yang jelas, berdasarkan teori yang menyatakan
bahwa alam semesta adalah alam semesta tertutup, maka pada suatu saat
akan mati. Tidak ada yang tahu kapan itu terjadi.
Bagaimanpun,
masih banyak rahasia alam yang belum terungkap. Tetapi, setidaknya
dengan kehadiran para fisikawan seperti Einstein, Bergmann, yang
meneliti fenomena alam dan kemudian merumuskannya dalam sejumlah formula
fisika telah membantu manusia mengungkap sedikit tabir yang menutupi
alam semesta kita.
Posting Komentar